(Dituju khas buat para guru yang telah mendidik diri ini. Sesungguhnya, hanya Allah sahaja boleh membalas jasa dan bakti kalian)
Bagai pohon kayu di penitian usia
restu di balik kedutan wajah
bersama sungai semangat yang mengalir dari hulu
buah bakti gugur di kala sepi
ditingkah guruhan suara galak
di taman tujuh musim.
Biar patah dahanmu
biar gugur rerantingmu
semangat goyah tidak
di taman ilmu memperhamba diri
mengasuh mereka mengenal dunia
agar menjadi insan kamil
di alam fana ini.
Bumi mana tak ditimpa hujan
lautan mana tak bergelora
bagitu semangatmu
bagai bah mencorak pantai
dingin mereka yang alpa
kailnya baru sejengkal, lautan mahu diduga
meruntuh segunung harapanmu.
Hayatmu bagai pepohon tua
dari penantian ke penantian
dari musim ke musim
segenggam harapan, segumpal impian
menyanjung adat, menjujung amanat
biarpun mereka terjerat di sejuta simpang
cintamu tetap cinta.
Hasmiron Hamdan
3 Merah
Nota kaki: Sajak ini telah diterbitkan pertama kali dalam makalah Sekolah Tinggi Melaka, The Optimist 72nd Issue (1992).
Tuesday, May 16, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment