Saturday, January 14, 2006

Jangan Ia Datang Lagi

Aku bangkit lagi
seperti pagi-pagi lain
capai tuala, terus ke telaga
bersihkan diri
untuk menghadap Yang Esa.

Aku bangun lagi
seperti hari-hari lalu
tersemat semangat nan satu
pimpin kurang tujuh, seratus
pucuk-pucuk harapan
di daerah padang jarak padang tekukur ini.

Diri aku bersama naiknya mentari
tancapkan tiang-tiang ilmu
suburkan kehidupan baru
kuburkan kesedihan yang maha itu.

Hari-hari ku dodoi mereka
makin lama kian mendalam laguku:
redha saja yang sudah pergi,
kita di sini teruslah bernafas,
moga cantik langkah kita ke sana.

Biar papa kedana
walau sebatang kara
mereka anak-anak yang bijak.

Bacalah… mereka semua baca
tulislah… mereka semua tulis
hitunglah… mereka semua hitung
nyanyilah… mereka semua nyanyi.

Kemudiannya ku sedar
seorang anak diam membatu
tidak membaca
tidak menulis
tidak menghitung
tidak menyanyi.

Perlahan-lahan ku rapati
air matanya deras menuruni pipi
ku soal lembut…
anak itu terus dakapku
tangisnya kian ketara.

Tutur anak itu:
Hari inilah tanggalnya
bisa ia tak muncul lagi?
ku rindu umi dan ayah
tak mau hilang cikgu pula.

Ku tenangkan anak itu
pujuknya baca, tulis, hitung dan nyanyi
sambil mohon pada-Mu
jangan ia hadir lagi.

Hasmi Haron
Kuala Lumpur, MALAYSIA
Disember 2005

Infiltrasi

Andai itu yang kau mahu
sapulah
kalau tak seangin, sesukunya.

Andai itu yang kau ingin
ambillah
kalau tak sesuku, separuhnya.

Andai itu yang kau idam
rampaslah
kalau tak separuh, seluruhnya.

Ku pinta pada awan
nyamankan duniaku
ku pinta pada mentari
sinarkan alamku
ku pinta pada rembulan
kembalikan mimpiku.

Betul-betul penat
benar-benar letih
menongkah dugaan-Mu
satu lagi ku pinta
anugerahkan izzat padanya
kurniakan nikmat padanya
dan diamkan aku dengan angin tenang
santak dia renti.

Hasmi Haron
Kuala Lumpur, MALAYSIA
Oktober 2005